U kara adalah salah satu aksara swara (huruf
vokal) dalam sistem penulisan aksara Bali. U Kara termasuk kedalam aksara swalalita
yaitu aksara yang digunakan untuk menulis bahasa kawi, bahasa kawi tengahan dan
bahasa Sanskerta (Wayan Simpen). Jadi, U kara hanya digunakan apabila menulis
bahasa non-Bali (contohnya bahasa Sanskerta dan Jawa
Kuno) dengan menggunakan aksara Bali, atau untuk menulis kata serapan dari bahasa
non-Bali dengan menggunakan aksara Bali.
U kara tidak digunakan
apabila menulis kata-kata yang memang berasal dari bahasa Bali. Contohnya antara lain kata urab,
ujan. Sebagai penggantinya, dianjurkan memakai aksara Ha yang dapat dibubuhi oleh tanda suku.
Urab =hurb/. tidak ditulis úrb/.
Ujan = hujn/. tidak ditulis újn/.
U kara yang dibubuhi oleh
tanda ulu candra
dianggap aksara suci bagi Dewa Wisnu oleh penganut agama Hindu di Bali. U kara yang dibubuhi ulu
candra tersebut dibaca "Ung". Kombinasi antara A kara (Ang) dengan U kara (Ung) dan Ma (Mang) menghasilkan simbol Aum atau Om, simbol yang dikeramatkan
oleh umat Hindu.
U-Kara tersebut dapat ditulis sebagai berikut dalam aksara Bali û,
U kara yang melambangkan
bunyi panjang disebut U kara dirgha atau U kara matedung (secara harfiah, dirgha
berarti panjang). Bentuknya merupakan gabungan antara tedung dengan U kara biasa.
Namun pengucapannya
disamakan, seolah-olah suara panjang dan pendek tidak ada bedanya. Namun
apabila menulis lontar, kidung, dan mantra-mantra, aturan mengenai suara panjang dan
pendek masih tetap diperhatikan, dan pada saat itulah U kara dirgha digunakan.
U- Kara Dirgha dapat dituis sebagai barikut:
úo,
A.
Penulisan U-Kara dengan Aksara Wianjana
Yang dimaksud dengan aksara Wianjana
adalah aksara yang belum bergabung dengan aksara suara seperti: k/, t/, m/, dsb atau dalam aksara Bali
lumbrah ditulis: k,t,m,,
- Contoh aksara Wianjana yang bergabung
dengan aksara suara (ú):
1. m/, bergabung dengan ,ú,
menjadi mu, contoh: mud;, (mudah) = murah
2.
p/, bergabung dengan ,úo , menjadi p U, contoh: pU pu, (pupu) = berhasil dalam
panen.
Dalam contoh No. 2 aksara Wianjana yang bergabung dengan U-Kara Dirgha akan
berubah penulisannya menjadi Suku llut ( U )
-
Contoh
aksara Wianjana yang bergabung dengan aksara Suara (ú) dan bergabung dengan aksara
Wianjana:
1.
t/ , bergabung dengan ,ú, bergabung dengan m/, ditulis tum/, (jenis lauk di Bali)
Aksara-aksara seperti Á, ÷, ú, 6, 3, berdasarkan Pesamuhan Agung Kecil Tahun
1963 di Denpasar, Aksara Suara yang berasal dari bahasa Bali lumrah penulisannya tidak lagi
menggunakan aksara Swalalita sepenuhnya. Penulisannya berubah menjadi aksara
Wreastra yang bergabung dengan aksara Suara seperti: Á, menjadi h, ; ÷, menjadi hi ; ú, menjadi hu, ; 6, menjadi eh ; 3, menjadi eho,
-
Contoh
aksara Suara yang bergabung dengan aksara Suara dan bergabung dengan aksara
Wianjana:
1. Á, bergabung dengan ú, bergabung dengan d/ sebelum Pesamuhan Agung ditulis Áút/, maka setelah Pasamuahan Agung ditulis
hhud/, karena aud merupakan bahasa Bali lumbrah
yang berarti tarik/ditarik
Ada pula aturan menuliskan aksara Wianjana yang bergabung
dengan gempelan dan bergabung dengan U-Kara. Contoh:
1. l/, + Á, + m/, + p/
, + ú, dapat ditulis lmæu,
B.
U-Kara dengan Pasang Aksara Sandi
Sandi sama dengan gabungan. Aksara Sandi yaitu aksara yang kedua
disandikan berdasarkan aturan-aturannya seperti (a+a= a), (i+i= i), (u+u= u), (a+i=e),
(a+u=o)
- Contoh penulisan U-Kara dengan pasang
aksara Sandi:
1. emru, ---úpm disandikan menjadi emrUpm.
2. dibê, --- útÓm, disandikan menjadi dibêtÓm.
C. Contoh Penulisan U-Kara
Dalam Aksara Bali ada yang
disebut dengan Pasang Pageh yaitu Pasang aksara Bali yang memang tidak
bisa dirubah kembali karena memang seperi itu kara-kata tersebut di tulis. Berikut ini merupakan penulisan U
Kara dalam bahasa bali yang diserap dari bahasa Sanskerta dan bahasa Kawi dan
merupakan pasang pageh Aksara Bali.
1.
Ukir = úki(. 5.
Uttara = útÓr.
2.
Upacara = úpCr. 6.
Utpati = útætÓi.
3.
Ujar = új(. 7. Utsaha = útuç h.
4.
Usadha = ú[a. 8.
Uttama = útÓm.
D. Sumber-Sumber
1. Panuntun
Malajah Aksara Bali, oleh Putu Ngurah Merta, S. Pd. Dkk
2. Petunjuk
Lomba Cara Menulis Halus dengan Aksara Bali, oleh I Nengah Tinggen.
3. Pedoman
Perubahan Ejaan Bagasa Bali dengan Huruf Latin dan huruf Bali berdasarkan
keputusan pesamuhan Agung tahun 1957 oleh I Nengah Tinggen.
4. Pasang
Aksara Bali oleh I Wayan Simpen.